Jelang Pesta Demokrasi, Ketum PWDPI : Hati-hati Tahun Politik

JAKARTA ( PENA BERLIAN ONLINE)– Ketua Umum, Persatuan Wartawan Duta Pena Indonesia ( PWDPI), M. Nurullah RS mengatakan, menjelang tahun polik hendaknya insan pers dan masyarakat  berhati-hati dengan pennyebaran ujaran kebencian dengan politik identitas karena masih menjadi topik yang perlu diwaspadai ditanah air.Topik-topik itu mewarnai media sosial dan menjadi hal yang ramai dibicarakan.

”Peningkatan ujaran kebencian dalam ruang media sosial semakin mengkhawatirkan. Pengguna mudah sekali terpancing untuk melemparkan kebencian berkaitan dengan masalah politik, program pemerintah, dan urusan agama,” ujar Nurullah yang juga anggota Komisi IV Bidang Infokom MUI Lampung,  pada Minggu (26/3/2023).

Ketum PWDPI menjelaskan, Politik identitas dianggap sebagai momok karena dianggap dapat memecah belah persatuan bangsa. Karena  agama dan suku bukan untuk dibentur-benturkan.  Memainkannya sangat beresiko.

“Isu agama dan suku  dapat menumbuhkan sentimen yang tidak rasional.  Karena orang akan dengan sangat mudah tersulut sentimen manakala berurusan dengan isu agama dan suku.  Semestinya para elit politik harus bergerak ke arah yang lebih rasional dan pragmatis .  Pilihan politik harus didasarkan pilihan rasional, berdasarkan prestasi, kinerja, komitmen dan keberpihakan kepada kepentingan umum.  Bukan memantik sentimen berdasarkan kesamaan agama ataupun suku,”tegasnya.

“Selain itu, Saya juga melihat keberadaan akun Tiktok menjadi media sosial yang baru dengan instrumen komunikasi yang lebih lengkap. Saya yakin ujaran kebenciannya lebih gahar,”kata Owner sekaligus Direktur PT.Duta Lampung Media dan PT.Pena Berlian Lampung .

Dia juga menjelaskan Meskipun publik makin lama makin cerdas, tetap perlu rekomendasi akademik untuk memperbaiki situasi.  pemberitaan yang viral ini juga perlu disikapi dengan pemberitaan media massa yang bijak.

Selain itu, Isu terhangat yang sedang beredar saat ini menurut Ketum PWDPI, adalah Dilema Indonesia Tolak Israel di Piala Dunia U-20. Jelang Piala Dunia U-20 2023, timnas Israel menuai penolakan dari berbagai pihak yang menentang kehadiran mereka di Indonesia. Timnas Israel berhasil lolos ke Piala Dunia U-20, dimana Indonesia menjadi tuan rumah ajang tersebut. Namun negara Zionis tersebut mendapat penolakan dari pemerintah Tanah Air. Seperti diketahui, Indonesia memiliki hubungan yang dekat dengan Palestina. Maka dari itu, ketika Timnas Israel akan berpartisipasi di Piala Dunia U-20 langsung mendapatkan penolakan dari berbagai kalangan.

“Isu ini juga langsung digoreng dan tak luput dimanfaatkan oleh para oknum politisi yang ingin memecah belah masyarakat dengan tujuan mengambil kesempatan dalam momen -momen pesta demokrasi yang dijadwalkan akan digelar 2024 mendatang. Sejumlah konten-konten dan videopun beredar di media sosial,”ujarnya.

Dikutik dari pernyataan Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan, Nurulah menjelaskan bahwa Palestina sudah secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan tanggal 15 November 1988 di Proklamirkan oleh Yasser Arafat dan sudah lebih dari 130 negara di dunia mengakuinya termasuk Indonesia.

Menurut Ken, Kata Ketum Nurullah, Bung Karno pada tahun 1957 memilih tidak ikut piala dunia ketimbang beradu satu lapangan dengan Israel karena pada saat itu Palestina belum deklarasi kemerdekaan. Termasuk pada tahun 1962 pemerintah Indonesia tidak memberikan visa kepada kontingen Israel itu Palestina belum deklarasi kemerdekaan, jadi jangan gagal paham.

“Ken mencatat di Palestina ada 13 partai politik, diantaranya Partai Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina, Partai Fatah / PLO, Partai Hamas, Partai Persatuan Demokratik Palestina, Partai Forum Palestina bangunan oleh Munib al-Masri, Partai Inisiatf Nasional Palestina, Partai Rakyat Palestina, Partai Front Rakyat Pembebasan Palestina, Partai Masa Depan, Partai Jalan Ketiga, Partai Front Rakyat Perjuangan Palestina, Partai Komunis Revolusioner Palestina, Partai Uni Demokrat Palestina,”katanya.

Jadi di Palestina juga ada partai komunis revolusioner Palestina, tapi yang sering ribut dan berkonflik dengan Israel adalah partai Hamas, kalau di Indonesia copy paste partai Hamas adalah partai keadilan sejahtera atau PKS. Banyak masyarakat Indonesia yang sebenarnya juga tidak paham persoalan antara Israel dan Palestina karena pemberitaan media selalu menyudutkan salah satu pihak, banyak yang tiba tiba latah menolak Timnas Israel, padahal itu kan event olahraga.

Ken yang pernah berkunjung ke Palestina dan Israel mengaku mendapatkan banyak informasi yang berbeda seperti di pemberitaan media selama ini, bahkan issu Palestina tidak sedikit dimanfaatkan kelompok tertentu seperti ACT, eks HTI, FPI dan Ikhwanul Muslimin untuk mencari keuntungan pribadi dan kelompoknya dengan dalih donasi bantuan kemanusiaan. Walaupun organisasinya udah dibekukan tapi jika keributan atas nama agama, organisasi diatas itulah yang sering ribut bahkan turun ke Jalan.

Menurut Ken, ada beberapa alasan utama mengapa Israel dan Palestina sulit untuk berdamai, klaim agama dan sejarah bahwa bangsa Yahudi mengaku berhak atas tanah Palestina karena mereka pernah tinggal di sana dan mereka adalah keturunan Ibrahim sebagai nenek moyang mereka, termasuk juga minimnya dukungan dari negara negara sekitarnya.

Kalau memang antara persoalan Israel dan Palestina dianggap sebuah kejahatan kemanusiaan dan penjajahan, mengapa negara negara terdekat tak memberikan dukungan dan bantuan.

Bahkan Negara Negara Besar disekitarnya seperti Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, Maroko, Yordan, Mesir dan Arab Saudi kini telah mendukung dan bekerja sama dengan Israel.

Seharusnya kita sebagai masyarakat Indonesia turut mendukung dengan cara yang bijaksana agar kedua negara yaitu Israel Palestina bisa berdamai, bukan main tolak Timnas Israel datang ke Indonesia.

Main tolak secara personal bukanlah solusi, justru akibatnya Indonesia bisa kena sangsi dari FIFA, mulai pencopotan status tuan rumah, sangsi tak bisa lagi jadi tuan rumah event FIFA dan paling fatal adalah sangsi dibanned oleh FIFA selama lamanya.

Jika memang peduli dengan Palestina harusnya sebagai masyarakat kita berdoa dan mendukung upaya perdamaian yang di lakukan oleh pemerintah Republik Indonesia membantu Palestina agar memberikan dukungan di berbagai forum internasional baik dalam level bilateral, regional hingga multilateral.

Masyarakat dan aparat diharapkan waspada terhadap upaya pendukung Khilafah yang menghendaki chaos, terutama jelang 2024 mereka lagi cari cari masalah agar terjadi konflik, mereka juga yakin Khilafah akan menang dan akan bangkit dari timur, yaitu Indonesia.(Harjono/Nadhia/*)

Editor : Harjono Qisam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *