TULANGBAWANG (PBO) – Wisata Cakat Raya merupakan percontohan wisata budaya Indonesia mini, tetapi berbanding terbalik dengan fenomena keadaan saat ini. Fasilitas dan bangunan yang memakan milyaran rupiah terbuang sia-sia tidak efektif dan efisien.
Destinasi wisata cakat raya yang menjadi salah satu icon keindahan alam kabupaten Tulangbawang yang membentang luas Puluhan hektar yang mensketsa rumah adat dari Beberapa suku dan budaya yang ada di Indonesia khususnya adat Lampung.
Di Tahun 2019 wisata Cakat Raya kembali dikucurkan dana segar untuk pembangunan gedung baru dan rehap fasilitas dengan kode rekening 3.02.3.02.xx.xx.xx penataan kawasan pariwisata dari anggaran (DAK).
Hal ini membuat Ketua LSM Cakra Institute angkat bicara. Ia menuturkan, saat ini sudah milyaran rupiah dana yang dikucurkan, dimulai dari pembebasan tanah serta pembangunan dan rehap bangunan baru seperti pada Tahun anggaran yang baru (2019) tetap turun, akan tetapi efektivitasnya anggarannya dipertanyakan.
“Menelisik fakta yang ada saat ini kawasan wisata tidak terurus dan terbengkalai, apalagi melihat bangunan yang sudah mulai rapuh dan runtuh serta rumput-rumput yang tinggi dan bergoyang menambahkan syahdu untuk sepasang remaja memadu kasih,” ujar Ketua LSM Cakra Institute, Rabu (02/06/2021).
Tidak menampik dengan adanya pandemi Covid-19 yang dijadikan alasan wisata cakat raya dibiarkan dan tidak terurus, seharunya instansi terkait tetap mencarikan solusi agar bangunan tetap terawat dan lingkungan tetap bersih.
“Kami sayangkan dana anggaran sebanyak itu di sia-siakan dan kawasan wisata itu merupakan aset daerah yang notabene nya menjadi salah satu syarat audit BPK RI,”sindirnya.(Mcr)

