Jakarta-Bakal calon wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno buka-bukaan soal dana yang telah dia keluarkan saat sosialisasi untuk maju di Pilkada DKI Jakarta. Sandi mengatakan, selama setahun sosialisasi, dia sudah menghabiskan dana Rp 29,3 miliar.
Saat itu, Sandiaga menyosialisasikan diri sebagai calon gubernur DKI, bukan wakil gubernur.
“Total dana yang keluar Rp 29,3 miliar. Ini hasil bongkar celengan Semar,” kata Sandiaga di Posko Melawai, Jakarta, Kamis (13/10/2016).
Dana sebesar itu, dia menuturkan, dialokasikan ke 3 kategori. Sebanyak 87 persen atau Rp 25,6 miliar digunakan untuk media, observasi, sosial, dan akseptabilitas.
Kemudian, sambung Sandi, 7 persen dana atau Rp 1,9 miliar digunakan untuk pemetaan teritori, jaringan, dan logistik. Lalu 6 persen dana atau Rp 1,8 miliar digunakan untuk advokasi, hukum, dan data.
“Semua murni uang saya pribadi,” ucap Sandi.
Dana ini, dia melanjutkan, dikeluarkan mulai November 2015 hingga September 2016. Uang itu diaudit oleh akuntan independen terhadap kegiatan di 500 titik di 267 kelurahan dan 44 kecamatan di Jakarta.
“Buku ini sudah saya tutup karena sekarang sudah masuk dalam tahapan. Untuk yang kemarin ini tidak ada yang mau menyumbang,” jelas Sandiaga.
Melalui laporan ini, Sandi ingin menunjukkan biaya politik di Indonesia memang sangat mahal. Hal ini yang membuat anak muda yang ingin terlibat dalam politik menjadi ragu-ragu.
Di sisi lain, Sandi ingin menunjukkan komitmen dalam membuka semua aliran dana dan asal biaya sosialisasi yang dilakukannya sebelum mendaftarkan diri ke KPU sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta.
“Saya melakukan ini pertama dalam sejarah kampanye, sejarah sosialisasi sebelum pencalonan di Indonesia, karena komitmen saya masuk membawa perubahan gerakan untuk memberikan warna baru penyelenggaraan demokratis harus lebih transparan, birokrasi, ringkas dan efisien,” pungkas Sandi.