BANDARLAMPUNG (PENA BERLIAN ONLINE) – Dikenal sebagai salah satu tokoh agama Nahdhotul Ulamak (NU), Drs. Ahmad Hariri Zamas adalah Kyai Pondok Pesantren Moderen, Nahdhlotul Ulama ( PEMNU), Talang Padang, Kabupaten Tanggamus. Drs. Kyai Hariri Zamas lahir di Tanjung begelung, 16 juni 1940.
Kyai Hariri Zamas merupakan putra pertama dari 11 bersaudara yakni, Rohayah Zamas (Almarhum), Siti Nazifah Zamas, A.Syafrudin Zamas (Almarhum), Siti Masroyah Zamas, A.Wahid Zamas, Ahmad Aminudin Zamas, Siti Masrifah Zamas, Hidayatulloh Zamas, A.Harisudin Zamas, dan Masniati Zamas.
Kyai Hariri Zamas lahir dalam keluarga terhormat dalam komunitas muslim di Lampung. Ayahnya adalah K.H. Muhammad Zahrie, pendiri Pondok Pesantren Modern Nahdholtul Ulama, Talang Padang, Kabupaten Tanggamus, yang juga sebagai anggota DPR-RI pada era Presiden Soeharto.
Kyai Hariri Zamas dianugerahi sepuluh anak dan tiga pasang anaknya kembar dengan nama masing-masing, Yuliati, Yuliana, Solahudin, Abdul Hadi, Istiqlaliyah, Istiqomah (kembar), Nurhasanah, Nurasiah (kembar), Istipada, dan Istiharoh (kembar).
Ia mengawali karir dibidang dunia pendidikan sebagai Pegawai Negri Sipil yang bertugas di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kota Metro sebagai dekan tarbiyah. Namun demi memperjuangkan aspirasi masyarakat, Kyai Hariri secara ikhlas meninggalkan karirnya sebagai PNS untuk membesarkan warga nahdiyin ( NU) dan menekuni dunia politik. Cita-citanyapun berhasil, sehingga menghantarkan dirinya duduk sebagai anggota dewan di Lampung Selatan selama empat kali periode.
Yang menarik dari sosok Kyai Hariri Zamas, yang notabenenya mertua dari Pimpinan Redaksi media ini, M. Nurullah RS, dan mertua Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Dr. Aqil Irham, sebagaimana diungkapkan, Ahmad Fauzan, S.Fil.I., MA., salah satu anak dari adik kandung Kyai Hariri Zamas, adalah saat dia menjabat sebagai wakil rakyat. Dikatakan Fauzan, hampir semua waktunya dihabiskan untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat, hingga semasa hidup hartanya habis untuk perjuangan tersebut.
“Karirnya sebagai tokoh NU dan di bidang politik dihabiskan dengan menjadi anggota DPRD di Lamsel selama 20 tahun. Selama itu juga, Ia habiskan waktunya untuk perjuangan islam. Di kalangan keluarga dan masyarakat dikenal sosok seorang pemimpin yang lemah-lembut dan pennyayang serta taat ibadah dan suka menolong saudara dan orang bannyak,” ungkap Fauzan, panggilan akrab Ahmad Fauzan, S.Fil.I., MA.
Bahkan menurut cerita, salah satu putrinya yang bernama Istiqlaliyah, meski orang tuanya anggota dewan, dirinya rela menjual apa saja termasuk baju jas miliknya kerja untuk menolong orang yang sedang kesusahan.
Fauzan yang bertugas sebagai Anggota KPU Provinsi Lampung mengatakan, Wak Hariri, panggilan akrab dari Kyai Hariri Zamas, Ia adalah Kyai yang tersembunyi baik dari segi amal dan ahlaknya. “Wak Hariri itu Kyai yang ‘Tersembunyi’. Dari segi ilmu, amal dan akhlaknya sulit cari tanding dan bandingnya. Saya beberapa kali ketemu teman seangkatan wak Hariri, semua memuji akhlaq beliau,”ungkap Fauzan.
Fauzan bahkan menggambarkan jika kelembutan dan kesabarannya sesuai dengan namanya yang berarti sutera. “Kelembutan dan prilaku Uwak saya Kyai Hariri Zamas, seperti namanya, Hariri bermakna ‘Sutera’. Begitu lembut tutur kata dan perilakunya sesuai dengan namanya,” imbuhnya.
Bahkan menurut Fauzan, pernah ada salah satu teman Kyai Hariri Zamas, berziarah ke makamnya, dan mengucapkan jika di Lampung ada satu orang yang masuk surga dia adalah Kyai Hariri Zamas.
“Konon, dulu ada temennya yang ziarah ke makam beliau dan orang itu sempat berkata, kalau di Lampung ini cuma satu orang yang masuk syurga yaitu pak Hariri orangnya,”ujar Fauzan, sebagai gambaran atas kebaikan almarhum Kyai Hariri Zamas.
Bahkan masih kata Fauzan, pernah juga dia dapat cerita dari pamannya Haris, dan pernah bertemu dengan sahabat Kyai Hariri Zamas, temennya saat mondok dan menuntut ilmu di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.
“Saya juga dapat cerita lain yang datangnya dari Mamak ( Paman) saya Haris. Paman saya pernah bertemu dengan kyai di Jawa yang kebetulan beliau adalah teman almarhum Wak kami Hariri, semasa sedang mondok di Tebu Ireng Jombang,”katanya.
Kyai tersebut, masih kata Fauzan mengatakan jika almarhum Kyai Hariri Zamas sangat jago mengaji kitab, bahkan dalam kesehariannya sangat prihatin dan istiqomah.
“Kata Kyai tersebut kurang lebih begini, saya punya teman dari Lampung, namanya Hariri, kitab-kitab saya dia semua yang ‘makan’. Kalau malam bantal tidurnya pakai batok kelapa, nanti sekitar jam dua atau jam tiga dia sudah tidak ada di tempat tidur, tapi sudah di bawah pohon lagi belajar kitab,”ujar Fauzan menirukan cerita pamannya Haris.
Masih kata Fauzan yang menirukan cerita pamannya, lalu Haris menjelaskan jika Kyai Hariri Zamas tersebut adalah kakaknya.“Mendengar cerita itu mamak ( paman) Haris bilang, saya ini adalah adiknya Kyai Hariri Zamas dan beliau sudah sejak lama wafat,” ujar Haris.
Mendengar cerita tersebut, spontan saja sang kyai terkejut dan langsung membaca al-fatihah dan mendoakan almarhum Kyai Hariri Zamas. “Mendengar itu mamak Haris bilang, saya adiknya dan Beliau sudah sejak lama wafat. Kyai itu langsung kaget, lalu kyai tersebut langsung berucap, Alfaatihah dan berdoa,”kembali kata Fauzan menirukan cerita pamannya.
Kyai Hariri Zamas Kuat Memegang Prinsip
Semasa hidupnya, almarhum Kyai Hariri Zamas adalah salah seorang pendiri IAIN Raden Intan. Beliau juga adalah dekan tarbiyah pertama di sana. Kabarnya, beliau juga yang mengajukan ke pusat Pangeran Radin Inten menjadi pahlawan nasional.
Di tengah-tengah kesibukannya, beliau tidak pernah meninggalkan kegiatan membesarkan NU di Lampung. Mengisi pengajian di sana sini, tapi pada masa itu NU menjadi “momok” bagi penguasa.
Sehingga tokoh tokoh NU sedikit demi sedikit akan dibersihkan dari pemerintahan. Akhirnya, Wak Hariri dipanggil menteri agama untuk disuruh memilih; tetap menjadi dekan atau mengurus NU.
Tidak banyak bicara Wak hanya menyobek SK dekan di hadapan menteri dan kemudian pamit. Menteri Agama dalam keheranannya langsung menelpon Nenek Zahri dan menceritakan kejadian tersebut.
Demikianlah petikan percakapannya :
“Pak Kiai, bagaimana anak kita itu?”
“Kenapa?” tanya nenek.
“Tadi saya panggil, saya minta untuk memilih tetap jadi dekan tapi meninggalkan NU, atau tetap ngurusi NU tapi berhenti jadi dekan.”
“Terus apa katanya?”
“Dia sobek SK dekan. Tapi nanti bisa kita buatkan lagi”
Mendengar itu Nenek Bugau ( nenek Laki Red) langsung bilang “Nah itu baru anak saya,”pungkas neneknya.
Gigih Dalam Berjuang dan Mengabdi serta Kuat Memegang Amanah
Menurut cerita Fauzan, Kyai Hariri Zamas, meski dalam kondisi sakit-sakitan dirinya tidak pernah lalai menjalankan amanah dan kewajibannya sebagai seorang pendidik. Bahkan masih kata Fauzan Kyai Hariri Zamas, dalam kondisi sakit masih tetap menghadiri undangan pengajian.
“Waktu Beliau sudah sakit-sakitan, Beliau tidak pernah meninggalkan kewajiban mengajar. Baik memenuhi undangan pengajian, lebih-lebih mengajar di pondok,”kata Fauzan.
Fauzan mengatakan, pernah satu hari Kyai Hariri Zamas memanggil mamak (paman) Haris untuk membopongnya pergi ke kelas untuk mengajar.
“Nangkalah aku saje yang ngajar Kang. Kabah istirahat saje.” (Biar saya saja yang ngajar Kang, kamu istirahat saja) pinta adiknya itu karena tidak tega melihat kondisinya,”tambah Fauzan meneruskan ceritanya.
Mendengar permintaan adiknya itu, masih kata Fauzan Kyai Hariri Zamas, berkata dengan bahasa asli Sumatra Selatan, meski dalam kondisi apapun jangan pernah lelah untuk berjuang.
“Mendengar permintaan adiknya Kyai Hariri Zamas menjawab “dulu, waktu aku kah balik ( Saya mau pulang), kiai Wahab Hasbullah bepesan, Hariri, dalam berjuang itu tidak ada kata lelah dan menyerah,”tutup Fauzan mengingatkan pesan-pesan almarhum Kyai Hariri Zamas.
Kyai Hariri Zamas Sangat Mennyayangi Keluarga
Meski menjabat sebagai wakil rakyat selama dua puluh tahun Drs.Kyai Hariri Zamas, dikenal oleh keluarga dan anak-anaknya sosok seorang pemimpin yang sangat mennyayangi keluaraga dan anak-anaknya.
Hal ini terungkap atas pengakuan dari anaknya Istiqlaliyah, S.Pdi, yang saat ini bertugas sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS) pada Kementrian Agama ( Kemenaq), Kota Bandarlampung.
Istiqlaliyah mengatakan, semasa hidup ayahnya Kyai Hariri Zamas dikenal seorang bapak yang pennyayang dan lemah lembut terhadap anak-anaknya. Bahkan setiap berangkat dan pulang kerja Kyai Hariri Zamas selalu mennyempatkan diri untuk bermain-main dengan anak-anaknya.
“Yang buat saya teringat samapai saat ini, kebiasaan bapak saya, setiap pulang kerja selalu beli permen dan dimasukan dikantong bajunya. Maka kalau bapak saya pulang kami langsung berhamburan dan langsung ngerogoh kantong baju bapak saya untuk ngambil permen. Bahkan setiap kali kami menangis ketika emak saya sibuk ngurus pekerjaan rumah bapak saya selalu membantu untuk mengasuh dan menggendong kami, sambil mennyanyikan lagu-anak dan membacakan sholawat. Yang bikin terkenang sepanjang masa bapak saya tidak merasa sungkan untuk mencebokin kami saat buang air besar. Sebab sewaktu bapak saya masih hidup kami masih kecil-kecil semua.,”ujar Istiqlaliyah.
Istiqlaliyah juga menceritakan, orang tuanya dengan sabar hampir setiap malam mengajari anak-anaknya belajar sekolah dan mengaji.
“Bapak saya selalu mengajak kami sholat berjamaah setiap waktu dia jika ada dirumah, dia juga selalu memberikan tausiah kepada kami tentang ilmu-ilmu agama. Bahkan dengan sabar menyediakan papan tulis untuk mengajari anak-anaknya membaca dan menulis,”tambah istiqlaliyah.
Menurut Istiqlaliyah, meski menjadi wakil rakyat, kehidupannya sangat sederhana dan untuk urusan makan seadanya.
“Seingat saya rumah kami selalu penuh oleh anak-anak orang yang minta tinggal dirumahku dan minta disekolahkan. Padahal mereka tidak ada hubungan kerabat. Bahkan tidak sedikit yang saat ini telah sukses,” ujar Istiqlaliyah.
Halsenada juga di ungkapkan oleh salah satu putrinya, Istipadah. Dia menceritakan jika Drs.Kyai Hariri Zamas, selalu mengajarkan anak-anaknya untuk berbuat baik.
“Bapak saya Drs. Ahmad Hariri Zamas adalah sosok orang tua yang mngajarkan kepada anak-anaknya agar terus menjadi orang yang baik,”ujarnya singkat (Red).