BANDAR LAMPUNG- Sejak 16 Agustus 2016, Tauhidi resmi menyandang status narapidana (napi). Dia divonis 14 bulan penjara oleh majelis hakim Pengadilan Tipikor Tanjungkarang lantaran korupsi. Kasusnya pengadaan 93 paket perlengkapan sekolah untuk 60.200 siswa miskin tahun 2012 di Dinas Pendidikan (Disdik) Lampung senilai Rp6,4 miliar. Sejak itu mantan Kepala Disdik (Kadisdik) ini harus mendekam di Rutan Wayhuwi.
Namun sejak sepekan lalu, Tauhidi dibantar berdasarkan hasil diagnosa dokter Rutan Wayhuwi. Dia dirawat di kamar C 14 A ruang kelas I Sudha Nirmala C RSUDAM. Namun izin pembantaran ini diduga ia salahgunakan dengan meninggalkan ruangan tempat dia dirawat.
Hal itu diketahui dari investigasi yang dilakukan wartawan, seperti dilasir dari Radar Lampung. Pada Jumat (11/11/2016), sekitar pukul 07.30 WIB, wartawan media ini mendatangi RSUDAM. Aktivitas rumah sakit pelat merah terlihat normal. Kamar C 14 A ruang Sudha Nirmala C cukup mudah ditemukan.
Kamar terlihat sepi. Radar sempat mengintip kondisi di dalamnya. Namun ruangan itu benar-benar kosong. Keesokan harinya (12/11) pukul 07.39 WIB, Radar kembali ke ruang Sudha Nirmala. Kejanggalan mulai terlihat ketika jadwal kontrol pasien. Perawat maupun dokter yang bertugas hanya melewati kamar C 14 A.
Penasaran, Radar mengintip ke dalam kamar melalui celah pintu. Kondisinya sama dengan sebelumnya. Di ruangan itu hanya ada kasur kosong. Tak ada satu pun pasien di sana.
Guna memastikan, siang harinya sekitar pukul 13.30 WIB, Radar kembali mendatangi RSUDAM. Untuk memastikan keberadaan Tauhidi, Radar sempat bertanya kepada petugas ruang informasi di UGD RSUDAM. Petugas jaga membenarkan Tauhidi teregistrasi dalam daftar pasien.
”Oh Pak Tauhidi. Ada, di ruang Sudha Nirmala. Dari sini (UGD, Red) lurus aja ke bawah, lokasinya dekat masjid,” kata peremuan berhijab itu.
Di ruang Sudha Nirmala, Radar menanyakan keberadaan Tauhidi kepada seorang perawat yang kala itu sedang melayani administrasi pasien. ”Coba tanya langsung ke perawatnya. Masuk aja ke dalam situ (menunjuk ruang perawat, Red),” ujar perawat dengan name tag Lia itu.
Di ruang perawat ada lima orang petugas yang berjaga. Dua di antaranya langsung menginterogasi Radar. Agar tidak curiga, Radar terpaksa mengaku sebagai kerabat Tauhidi yang hendak menjenguknya.
Terlihat sedikit ekspresi kaget di wajah perawat tersebut. Namun dengan perlahan, dia memberi sedikit penjelasan. Perempuan berhijab itu membenarkan jika Tauhidi dirawat. Namun tak seperti biasanya, dua orang perawat tersebut tidak memberi kesempatan Radar mendatangi ruangan.
”Iya ada di kamar C14 A. Dari mana ya? Ada yang boleh dikunjungi, ada yang tidak boleh. Kalau Pak Tauhidi itu harus izin dahulu dari keluarga atau istrinya berkenan atau tidak. Soalnya kan privasi. Nanti dia (Tauhidi, Red) nanya dahulu dari mana, baru nanti kami antar,” tutur perawat tersebut.
Dari penjelasan perawat itu, Tauhidi telah dirawat sejak beberapa hari lalu. Namun dia lupa kapan persisnya. ”Kayak kemarin, ada dari ustaz atau guru ngaji anaknya atau siapanya gitu harus izin dahulu,” sebut perawat berbadan gemuk itu.
Ketika ditanya perihal sakit yang diderita Tauhidi, dia enggan menjelaskan. ”Kalau penyakitnya kita nggak bisa ngasih tahu. Hanya keluarga terdekat yang dikasih tahu dokter,” ungkapnya.
Karena tidak diperbolehkan masuk, Radar memilih balik kanan. Sebelum pulang, Radar sempat memperhatikan tidak ada satu pun petugas dari pihak Rutan Wayhuwi yang menjaga disana.
Minggu (13/11) pukul 17.14 Wib, Radar kembali mengunjungi ruang Sudha Nirmala. Berbeda dengan hari sebelumnya, televisi di ruang C14 A terlihat menyala. Untuk memastikan keberadaan Tauhidi, Radar kembali memantau kamar itu sekitar pukul 20.17. Tak lama berselang, seorang perempuan berhijab hitam keluar. Kemudian, seorang lelaki berbadan tambun masuk ke dalam kamar.
Pukul 20.21 WIB, perempuan paruh baya kembali masuk kamar dengan membawa sebungkus roti tawar dan beberapa bungkus plastik di tangannya. Lalu pukul 20.58 WIB, pria berbadan besar yang tadi masuk terlihat keluar ruangan.
Radar kemudian sejenak duduk di pelataran ruang Sudha Nirmala. Pukul 21.14 WIB, Radar kembali hendak masuk memantau ruangan C14 A. Saat itu lah, Radar berpapasan dengan seorang pria mengenakan kemeja putih dilapisi jaket abu-abu dengan mengenakan topi dan masker berjalan keluar. Dia bersama perempuan paruh baya dan seorang pemuda berjaket hitam.
Dari perawakan dan matanya, Radar meyakini, pria tersebut adalah Tauhidi. Refleks, Radar langsung memutar arah. Pria itu juga sepertinya curiga dengan keberadaan Radar. Dia sempat berhenti sejenak di depan ruang Sudha Nirmala. Tak lama kemudian, pria itu berbalik arah.
Di depan ruang informasi Sudha Nirmala, Radar kembali bertemu Tauhidi. Agar tak dicurigai, Radar akhirnya keluar dan bersembunyi di area parkir. Tak lama berselang, Tauhidi terlihat keluar dari paviliun Sudha Nirmala dan langsung menaiki mobil Pajero Sport putih dengan nomor polisi BE 1960 TH.
Mobil jenis SUV itu lalu keluar dari gerbang parkir langsung menuju Jl. Teuku Umar. Radar terus membuntuti mobil itu. Tak disangka, bukannya menuju Rutan Wayhuwi. Mobil itu justru berjalan menuju Jl. Z.A. Pagar Alam.
Hingga pada akhirnya Pajero putih itu berbelok menuju Jl. Abdul Kodir, Rajabasa. Jalan ini merupakan jalur pintas menuju kediaman Tauhidi. Guna memastikan, Radar berinisiatif mengambil arah dari Jl. Nunyai, Rajabasa.
Benar saja, Radar melihat Pajero sport putih BE 1960 TH itu memasuki gerbang berwarna emas sebuah rumah mewah. Rumah bernomor 48 itu adalah kediaman Tauhidi. Setelah mobil masuk, gerbang tinggi itu langsung ditutup.
Hingga pukul 21.56 WIB, Radar setia menunggu di depan rumah Tauhidi. Karena tak ada tanda-tanda mobil Pajero itu akan keluar kembali, Radar lantas memilih meninggalkan rumah itu