BUMDes Bukit Berbunga Desa Tahujan Laung, Mulai Berhasil

Kalimantan Tengah, (Pena Berlian Online) – Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Tahujan Laung Kecamatan Laung tuhup, menjadi salah satu contoh BUMDes yang sudah mulai memetik hasil, berkembang sejak dirikan pada tahun 2018 dengan jenis usaha membudidayakan gedung walet yang menghasilkan sarang walet dengan modal pendirian awal sebesar 300 juta untuk membangun gedung burung walet dengan ukuran 6×8 dengan ketinggian 16 meter 5 rak dari dana desa.

Keberhasilan BUMDes Desa Tahujan laung ini menurut kepala desa, Jojo mengungkapkan, berkat kerja keras memperjuangkanya, selain itu juga di dukung oleh masyarakat yang bahu membahu untuk ikut ambil bagian mambatu berdirinya BUMDes Bukit berbunga agar bisa berhasil

Jojo, menerangkan keberhasilan, pengembangan BUMDES desa ini tidak terlepas dari kerja keras, optimismes pemerintah desa dan selalu bersinergi bersama pemangku kepentingan di desa.

“Tujuan utama ingin membangun desa karena melihat potensi dari desa dalam bidang budidaya walet 90% warga desa mendukung serta membantu untuk berdirinya BUMDes Bukit berbunga yang bergerak tentang budidaya walet,”terangnya.

Dikatakanya, pada awak media DPB, saat di konfirmasi di kediamannya hari rabu 8 Juni 2022, dengan semangat membangun untuk kemajuan desa, untuk itu pihaknya mendirikan BUMDes dengan dana desa sebesar 300 juta. Karena melihat potensi desa di sektor budidaya walet bisa dikembangkan, salah satu kebaradan di desa yang bisa menghasilkan untuk kemajuan.

“Kita optimis mendorong ekonomi warga desa, Seperti membantu penerangan lampu Desa, merawat prasarana tempat ibadah di Desa hingga membantu perawatan poskesmas untuk kesehatan warga Desa, dan juga membantu masyarakat agar semakin maju lagi untuk mengatasi masalah perekonomian,”katanya.

Ditempat yang sama, Direktur BUMDes Bukit berbunga, juga menerangkan bahwa benar sudah berhasil budidaya walet. Kemaren kita sudah mulai panen tahun 2020 dengan hasil 2 kilogram/ bulannya sarang walet.

“Untuk harga hasil jual pertama 70 juta pada saat itu dengan harga per kilogram 9000.000 (sembilan juta rupiah ),”terangnya (M. Ilmi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *