SUNAN Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu bakda Lebaran dan bakda Kupat yang dimulai seminggu sesudah lebaran.” demikian Yang Dikatakan oleh Warso Haryono Tokoh Masyarakat Banjar Negara, Yang Juga saat Ini Menjabat Ketua Dewan Pimpinan Daerah LSM BPPI(Lembaga Swadaya Masyarakat Barisan Patriot Peduli Indonesia) Kabupaten Banjar Negara Jawa Tengah, Ketika Di Konfermasi oleh Wartawan Media Ini Melalui WhatsApp Lebih Lanjut Dia Bercerita “Dalam Sebagian Masyarakat Jawa,Berkembang Opini secara Turun Temurun,Setelah hari raya Idul Fitri pada H Ketujuh Di adakan Kupatan”.
Arti Kata Ketupat.
Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau KUPAT merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.
Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.
Laku papat artinya empat tindakan.
Ngaku Lepat.
Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang jawa.
Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.
Laku Papat.
1. Lebaran.
2. Luberan.
3. Leburan.
4. Laburan.
LEBARAN
Sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa.
LUBERAN
Meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin.
Pengeluaran zakat fitrah.
LEBURAN
Sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.
LABURAN
Berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.
Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.
FILOSOFI KUPAT – LEPET
KUPAT
Kenapa mesti dibungkus janur?
Janur, diambil dari bahasa Arab ” Ja’a nur ” (telah datang cahaya ).
Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat hati manusia.
Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki.
Kenapa? karena hatinya sudah dibungkus cahaya (ja’a nur).
LEPET
Lepet = silep kang rapet.
Mangga dipun silep ingkang rapet, mari kita kubur/tutup yang rapat.
Jadi setelah ngaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet. “Insya Allah,Sampai Saat ini Kupatan Menjadi Budaya Turun Temurun yang Menjadi Tradisi Di Sebagian Masyarakat Jawa Umumnya Indonesia,dan Tidak Lengkap Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri Tanpa ada Ketupat” Pungkasnya.(Taufan JN).
Ruang Opini Nara Sumber : WARSO HARYONO,Tokoh Masyarakat, Pena Berlian Lampung Timur,10/5/2022. KETUPAT

