JAKARTA ( PENA BERLIAN ONLINE)- Dilansir Gridhot.ID dari Kompas.com, Senin (8/3/2019), Putra sudah ratusan kali melakukan pengecekan keamanan situs berbagai instansi, mulai dari situs instasi bisnis, perbankan, maupun e-commerce.
Meskipun demikian, Putra menyebut ia paling sering memantau kelemahan sistem situs-situs milik pemerintah.Menurutnya, tingkat keamanan situs pemerintah berlevel sedang sehingga cukup rawan untuk disusupi para hacker.
Putra mengaku hanya membutuhkan waktu sekitar 60 menit untuk menemukan celah kelemahan sistem situs pemerintah. Bahkan, Putra pernah menemukan bug dalam waktu kurang dari sepuluh menit.
Catatan waktu itu cukup kontras jika dibandingkan dengan instansi-instansi swasta yang biasanya membutuhkan waktu satu hari. Berbagai macam situs pemerintah sudah pernah ia retas, mulai dari situs pemerintah kota, provinsi, kementerian, Komisi Pemilihan Umum (KPU), hingga Badan Narkotika Nasional (BNN).
“Kalau (situs) pemerintah itu biasanya bisa masuk ke database, jadi data-data yang ada sama pemerintah bisa dilihat,” ujarnya.
Putra Aji Adhari (15) bocah SMP asal Tangerang yang berhasil membobol situs NASA, Senin (1/4/2019). Putra Aji Adhari (15) bocah SMP asal Tangerang yang berhasil membobol situs NASA, Senin (1/4/2019).Data-data yang bisa dilihat cukup lengkap, mulai dari nama, tempat tanggal lahir, hingga kediaman setiap warga yang masuk dalam database tersebut.
Database itu kemudian bisa dijual para black hat hacker ke berbagai pihak dan disalahgunakan.
“Kebanyakan data-data itu dijual para black hat ke dark web,” kata Putra
Meski bisa mendapatkan keuntungan besar dari menjual data-data tersebut, Putra sama sekali tidak tergoda melakukannya.Anak bungsu dari empat bersaudara itu lebih memilih melaporkan temuan-temuannya ke pengelola situs.
Namun, Putra menyayangkan lambatnya respons pemerintah terkait laporan temuan tersebut.Biasa lama responsnya, kadang dibalas kadang enggak atau kadang cuma diucapin terima kasih saja,” ujar Putra.
Hingga akhirnya, ia disarankan melapor ke Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) jika menemukan kelemahan sistem di situs milik pemerintah.Atas prestasinya tersebut, Putra diganjar sertifikat penghargaan oleh BSSN.
Sertifikat yang Putra dapat itu kemudian ia bingkai dan pajang di atas komputer andalannya. Berkat kemampuan anaknya, Sa’anah ibu dari pembobol situs NASA pun tak menyangka Putra bisa terkenal.
Melansir dari Nova, wanita berusia 50 tahun ini mengaku banyak orang yang mencari Putra sejak anaknya viral di medsos. Sampai suatu hari, intel kepolisian di bidang siber datang dari Jakarta untuk menjemput Putra dan dirinya.
Kata Sa’anah, di sana Putra justru diberi hadiah berupa uang tunai dan sertifikat. Tak hanya itu, Sa’anah pun ingat jika kepala polisi sempat mengatakan kalau Putra ingin sekolah di mana saja, tinggal bilang.
Ia juga menyebut kepala polisi sudah menyiapkan segala keperluan Putra jika ingin melanjutkan pendidikan. Menurut Sa’anah, polisi menyebut anaknya itu sebagai aset negara.
Sehingga jangan sampai dimanfaatkan negara lain untuk kepentingan yang tak baik. Putra sendiri rupanya pernah bercerita pada Sa’anah kalau ia seorang hacker, tapi hacker yang baik.
Kepada sang ibunda, Putra pun mengatakan ingin menjadi programmer, bukan hacker. Sa’anah pun setuju-setuju saja dengan keinginan Putra, ia mengaku tidak terlalu ikut campur.
Berkat keahlian yang dimiliki Putra, Sa’anah pernah dibelikan motor dan handphone. Kendati demikian, Sa’anah tetap ingin Putra menjadi anak yang soleh dan melanjutkan pendidikan lantaran baginya ijazah itu amat penting.(*)