Kisah ABK di Lambar Terpaksa Belajar di Sekolah Umum

LAMPUNG BARAT (Pena Berlian Online) – Setiap anak dianggap unik, memiliki kebutuhan, dan kemampuan serta  potensi yang beragam. Oleh karenanya, sistem pendidikan usang yang masih memukul rata kemampuan setiap anak disebut sebagai pembelajaran klasikal.

Dalam pembelajaran klasikal, setiap anak dalam satu kelas dianggap memiliki kemampuan yang seragam. Maka, tujuan, materi, metode, dan penilaian hasil belajar yang diberikan pada setiap anak adalah sama .

Lawan dari pembelajaran klasikal ialah pembelajaran individual. Dalam sistem ini, anak menjadi pusat proses belajar. Artinya, apabila memang dibutuhkan, setiap anak dapat memiliki tujuan, materi, metode, dan penilaian hasil belajarnya tersendiri.

Anak-anak dapat belajar dalam satu ruang kelas yang sama, dalam kegiatan belajar yang sama, tetapi setiap anak memiliki kebutuhan belajar yang berbeda dan khas. Gagasan pembelajaran individual ini menjadi ide awal lahirnya pendidikan inklusi.

Saat ini, di Lampung Barat (Lambar) belum ada Sekolah Luar Biasa (SLB). Sehingga anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) di Lambar harus mengikuti pendidikan di sekolah reguler atau pendidikan inklusi.

Namun dalam praktiknya, pendidikan disekolah reguler belum bisa melaksanakan pendidikan inklusi karena beberapa kendala yang dihadapi, salah satunya sistem pembelajaran yang klasikal yaitu memukul ratakan dan beberapa kendala lainnya. Hal itu terjadi pada siswa bernama Ahmad Shaviq.(Ismail)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *