LAMPUNG-Universitas Lampung (Unila) melakukan sosialisasi aplikasi data yang diikuti 25 perwakilan bidang teknologi informasi (TI) kampus setempat. Kegiatan berlangsung sejak 11-14 Oktober 2016 di Computer Center Unila.
Kepala Biro Perencanaan Hubungan Masyarakat Unila (BPHM) Harsono Sucipto, mengatakan, sosialisasi aplikasi data tersebut bertujuan sebagai bentuk pelayanan Unila untuk memvaliditasi data terbaru.
“Saat ini Unila perlu memiliki pusat data terintegrasi. Diharapkan dengan adanya pusat yang telah terintegrasi ini dapat membantu pelayanan kebutuhan data, dalam waktu cepat dan terjamin validitasnya,” kata Harsono.
Selain untuk membantu pelayanan Unila terhadap kebutuhan data, kata dia, pusat data yang terintegrasi ini diharapkan dapat mengurai masalah-masalah yang muncul terkait pemenuhan kebutuhan data di lingkungan kampus.
“Ke depan, dari sosialisasi yang telah kami kerjakan ini dapat menghasilkan update data yang akurat dan dapat diperoleh melalui satu sistem yakni melalui sistem data terpadu Unila,” terangnya
Sementara Wakil Rektor IV Unila Prof. Mahatma Kufepaksi menilai sangat penting validitas data, karena saat ini Unila sedang berproses menuju menuju top ten university. Oleh karenanya data-data Unila harus mudah diakses oleh siapa pun sehingga data yang lebih terpusat bisa diproses secara efektif dan efisien.
“Kondisi saat ini mencari data itu memakan waktu lama dan belum tentu hasilnya akurat. Ini masalah buat kita. Namun dengan membuat sistem aplikasi data yang sedemikian rupa, diharapkan efektifitasnya mampu memudahkan dalam melayani konsumen baik internal maupun eksternal. Efek lainnya, pengambilan keputusan kebijakan juga lebih cepat,” paparnya.
Masih kata dia, sebelumnya Unila telah mengembangkan beragam sistem informasi untuk menunjang kegiatan validitas data . Namun kondisi sistem informasi yang dikembangkan Unila masih belum terintegrasi sehingga setiap sistem menimbulkan berbagai permasalahan baru.
Antara lain, pengisian informasi yang sama secara berulang-ulang, terdapat informasi ganda, kesulitan sinkronisasi data lama dengan data yang lebih baru, beban server yang meningkat dan sebagainya.
“Kita punya data tapi tidak terintegrasi. Ketika kita butuh data dosen, data yang diambil dari siakad dan BKD pun berbeda. Oleh karena itu pusat data terintegrasi mutlak diperlukan,” tuturnya.(HD/Net)